Seorang ibu dalam keadaan bingung oleh karena anaknya sakit keras semntara keadaan ekonomi ibu juga dalam kondisi yang memprihatinkan. Maka si ibu memutuskan untuk berdoa kepada Tuhan agar ia mendapat pertolongan-Nya. Doa ibu ini kemudian didengar oleh tetangganya yang tidak percaya dengan Tuhan dan muncul niat untuk mengerjai ibu ini. Tetangga ini kemudian mengambil sekantung uang kemudian melemparkan ke depan rumah ibu ini. Ibu yang tengah berdoa terkejut dengan dengan bunyi depan rumahnya dan memeriksa apa yang terjadi. Ibu ini begitu terkejut karena ia menemukan uang yang cukup untuk membeli obat dan kebutuhan keluarganya. Ibu ini memuji Tuhan dengan rejeki dadakan ini namun tetangganya muncul dengan klaim bahwa uang itu darinya.
Tetangga ini mengejek Tuhan yang dipercaya oleh ibu ini karena tidak bisa memberi jawaban doa. Ibu pendoa ini malah mengelak dengan menjawab TUhan itu luar biasa karena memakai orang yang tidak percaya untuk menjadi perantara kebaikan-Nya.
Suster, Bruder, ibu, bapak dan saudara terkasih. Bacaan injil pada hari ini yang mengisahkan Allah mengutus Anak-Nya (lih. Yoh. 3:16-18) mengajak untuk kita merenungkan tentu arti kasih Allah yang luar biasa sehingga kita anak-anak-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Ibu dalam cerita pengantar tadi merupakan contoh bagaimana dengan kehendak Allah maka ia mendapat jawaban doanya. Setiap dari kita punya pengalaman yang seperti ibu itu rasakan hanya saja berapa sadar kita akan menghayati peran Tuhan saat itu. Tetangga dalam cerita pengantar tadi merasa dialah yang memiliki jawaban dari doa ibu dengan uang yang ia berikan. Pandangan dari tetangga ini kemudian berubah oleh karena ibu ini menjelaskan Tuhan memakai diri tetangga itu sehingga ibu ini menegaskan ke-tidak-setuju-an dengan tetangga ini yang merasa dia bisa seperti Tuhan. Nah refleksi dari permenungan ini adalah apakah kita memiliki kebijaksanaan seperti ibu ini?
Permenungan ini mengajak untuk kita kembali miliki rasa percaya diri sebagai anak-anak Tuhan. Permasalahan dan beban yang kita rasakan bukan mengantar kita kebinasaan melainkan untuk kita berserah kepada-Nya.
Saat yang tepat untuk Tuhan menjawab kita bukan dalam ukuran manusia melainkan dalam rencana-Nya yang mendatangkan damai sejahtera. Nilai yang bisa kita dapatkan dalam kesempatan ini adalah mengerti tentang rencana Tuhan untuk kita anak-anaknya. Kesempatan yang akan mengajarkan kita tentang arti kesabaran, pengertian, dan mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara hidup kita.
Penulis : Rm. Camellus Delelis da Cunha, Pr
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa