Tidak akan ada damai di antara negara, jika tidak ada damai di negara. Tidak ada damai dalam negara, jika tidak ada damai dalam orang-orangnya. Tidak ada damai dalam orang-orang, jika orang-orang tidak menyerahkan hidupnya ke tangan si ‘Raja Damai'. Demikian ungkap Heyden Robinson, penulis buku Salt And Light.
Benar sekali bahwa damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita miliki di dalam Kristus Yesus. Usaha terbaik manusia untuk menggapai damai sejahtera tidak akan pernah sampai pada yang sejati jika bukan di dalam Yesus.
Damai sejahtera adalah hak dan sekaligus tanggungjawab setiap orang yang mengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Kolose 3:15." Damai sejahtera bermula di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama kita. Orang yang berusaha menunjukkan damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi pribadi pula, tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup bersama.
Perumpamaan tentang kebun anggur (Mat 21:33-43) mengungkapkan keinginan Tuhan dalam mendidik bangsa Israel mengikuti perintah-Nya selama keluar dari Mesir, tapi ternyata mereka menolak dan membangkang atas semua itu bahkan menghasilkan anggur masam, yang tidak diinginkan Tuhan sehingga mereka dibuang. Tuhan akhirnya menerima bangsa yang bukan ahli waris.
Manusia yang hidup dalam dosa tak mungkin memiliki damai sejahtera, mereka itu sudah tertipu, mereka diperbudak Iblis, mereka terpisah dari Allah. Kita menjadi seteru bagi Allah, kita sedang memberontak pada-Nya. Bayangkan semua kekacauan itu, di mana letak damainya? Tidak ada, tidak mungkin.
Maka Kristus datang dan membayar pemberontakan kita itu, Dia mendamaikan kita dengan Allah. Disitulah letak dari pintu kita menuju damai sejahtera. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh dengan cara-cara kedagingan. Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, membaca Kitab Suci, hidup benar di mata Tuhan, hati dan pikiran kita boleh mengalaminya. Hanya oleh anugerah Allah dalam Yesus sajalah mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita. melalui kematian dan kebangkitan Yesus akan membawa dua akibat : yang menolak akan binasa, yang menerima akan dirombak dan diperbarui (Mat 21:42-44).
Tuhan senantiasa menghendaki dan menginginkan kita untuk hidup dalam damai sejahtera. Kita semua membutuhkan damai. Tidak ada seorang pun yang menginginkan konflik, peperangan, perselisihan, dan terus saling menyakiti hati, atau terus hidup dalam ketegangan dan kemarahan. Hidup yang demikian membuat orang frustrasi, bahkan bisa sampai depresi. Bagaimana dengan realitas hidup manusia sekarang ini? Bagaimana kehidupan keluarga kita? Bagaimana suasana pekerjaan kita sehari-hari? Bagaimana kita mengembangkan karier kita, studi kita, hubungan dengan famili dan anggota keluarga, kehidupan pelayanan kita? Adakah damai sejahtera itu ada di dalam kehidupan kita? Apa yang kita alami jika dalam kehidupan kita ada damai sejahtera?
Pertama, damai itu akan mendatangkan sukacita, kegembiraan dalam hubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Dari dalam hati, pikiran, dan tingkah laku kita akan mengalir dan memancar sukacita dan kegembiraan, yang dapat menular kepada orang lain. Sukacita yang ada di dalam diri kita memberikan dampak yang luar biasa karena orang-orang yang berada di sekitar kita dapat turut merasakannya. Silakan Anda mencoba bangun pagi besok dengan muka muram, sinis, dan menunjukkan kemarahan, maka orang yang kita temui juga akan memberikan respons yang sama. Berbeda bila setelah bangun pagi, kita menunjukkan sikap yang ramah, wajah penuh senyum, dan pandangan mata yang hangat dan penuh kasih. Pasti orang yang melihat kita akan menyapa dengan senyum dan keramahan.
Kedua, damai memberikan semangat hidup dan semangat kerja yang tinggi. Jika orang-orang di sekitar kita bertampang cemberut, memiliki sorot mata yang penuh curiga, dan tidak ada rasa saling percaya, maka suasana seperti ini akan membuat kita tidak betah. Berbeda bila lingkungan kerja kita penuh dengan sukacita, kita akan senang dan rindu untuk bekerja. Paulus mengatakan bahwa Allah itu sumber damai sejahtera. Allah itulah yang menyertai kita! Dalam terjemahan lain dikatakan, “My peace I give unto you!” (Damai sejahtera itu Aku berikan kepadamu!). Allah tahu kebutuhan mendasar kita, yakni damai sejahtera! Jalanilah hidup ini bersama Allah dengan damai sejahtera-Nya. Amin.
Penulis : Br. Paulus FIC
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa