Maria Assumpta

Saat hati menyesal dengan segala hal yang terjadi dalam hidupmu? Maukah untuk kamu mengulang kembali waktu agar penyesalan itu tidak terjadi atau tetap membiarkan waktu berjalan dengan penyesalan yang tidak berujung?

Penyesalan terjadi di kala ada kesalahan dalam hidup yang membuat kita belajar. Pengalaman belajar dengan rasa sakit, dengan ditinggalkan, diputuskan, atau diabaikan. Perasaan yang kurang membuat hati nyaman dan itu menjadikan diri seakan berada dalam bayangan kelam.

Dalam usaha kita menjalani hidup tidak serta merta mendapati segala sesuatu berjalan baik atau menurut kehendak kita. Ada yang dipaksakan untuk kita mengkuti kehendak di luar kemauan kita dan ada juga memaksakan agar orang lain mau mengikuti kemauan kita. Keadaan demikian menyebabkan kemarahan dan kebencian sehingga muncul kemudian penyesalan. Berusaha memperbaiki dengan memutar kembali waktu adalah sesuatu yang mustahil dan waktu akan terus melangkah maju. Semakin untuk kita terpaku dalam satu peristiwa penyesalan, bukan untuk menyelesaikan melainkan hanya untuk menambah dalam duka nestapa dari kesalahan yang sudah terjadi

Nasi sudah menjadi bubur. Pepatah demikian yang menggambarkan bahwa bubur sudah tidak lagi bisa menjadi namun hal yang baik baginya adalah bubur masih bisa dimakan. Sekali kita menghadapi satu kesalahan dalam hidup dengan penyesalan maka tetap ada nilai lain yang bisa kita pelajari. Pembelajaran dengan menyimpan penyesalan hanya akan menyimpan masalah tanpa menyelesaikannya. Pembelajaran sesungguhnya adalah untuk menghadapi penyesalan adalah bagaimana untuk anda memaknai bahwa kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Ada yang menyebut ini dengan menunggu kesempatan kedua… atau anda sendiri yang menyebut dengan andalah yang menciptakan kesempatan ke dua sebagai obat dari penyesalan anda.

Kesempatan kedua yang anda bangun bukan serta merta mengulang masalah yang mendatangkan penyesalan itu datang kembali, karena perkataan demikian:  lakukan yang terbaik sebelum datang penyesalan penyesalan datang terlambat.

Bruder, suster, ibu, bapak dan saudara sekalian. Dalam minggu ini kita bisa belajar untuk dua wanita tangguh. Yang berusaha melakukan terbaik dalam hidup mereka. Seorang wanita tua yang sekian lama merindukan anak dikunjungi oleh wanita muda yang masih bertunangan. Perjumpaan keduanya diliputi sukacita dengan masing-masing mengemban tugas yang tidak mudah. Apakah sebelum maupun sesudah mereka menerima tugas yang dipercayakan Allah, mereka menyesal? Jawabannya melalui kidung Maria itu sendiri:

Aku mengagungkan Tuhan’ Hatiku bersukaria oleh karena Allah penyelamatku

Sebab Ia memperhatikan daku hamba-Nya yang hina ini

Dari apa yang dinyatakan Maria merupakan bentuk ungkapan yang merayakan Tuhan dalam hidupnya sehingga beban maupun derita dalam hidupnya seakan menjadi persembahan kepada Tuhan yang memberikan kesempatan padanya untuk menjadi lebih baik. Maka tradisi Gereja yang menyatakan yang percaya pengangkatan Maria sudah ada sejak berabad-abad awal kekristenan. Sampai pada 1 November 1950, keyakinan ini diresmikan oleh Paus Pius XII melalui Konstitusi Munificentissimus Deus. Paus Pius XII menyatakan bahwa kebenaran iman yang dinyatakan Allah bahwa:

Bunda Allah yang tak bernoda, Perawan Maria yang kekal, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di bumi, diangkat ke dalam kemuliaan surga dalam tubuh dan jiwanya.

Penghormatan ini merupakan devosi dan keyakinan umat Katolik yang menegaskan akan peran Maria dalam misteri keselamatan. Maria dengan kehormatan demikian bukan langsung diperoleh melainkan dibayar dengan perjuangan seluruh hidupnya. Orang menyebutnya beruntung dan mulia namun di balik itu Maria juga menghadapi perkara-perkara yang tidak mudah sehingga Gereja mengakui akan perjuangannya oleh karena ia berhasil menjalaninya.

Perayaan Maria Diangkat ke Surga bukan serta merta perayaan yang penghormatan kepada Maria tetapi juga menjadi pemandu untuk kita berjuang melewati perkara hidup. Penyesalan bisa ditinggalkan, ambil langkah baru dalam pembelajaran untuk melangkah ke depan dengan mantap bersama Maria.

Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments