Kasih Itu Sederhana

Sebuah Dialog imajiner antara Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan Paus Fransiskus.

“Selamat datang Francis, selamat bergabung bersama kami.” Sapa Paus Yohanes ketika Paus Fransiskus memasuki ruang makan siang itu. “Maaf aku tidak bisa menyampaikan ucapan selamat datang kemarin saat pesta penyambutanmu di sini. Begitu banyak orang yang menyambutmu dan penjagaan para malaikat cukup ketat, sehingga aku tidak bisa mendekati mu.” Lanjut Paus Yohanes sambil menjabat erat tangan Paus Fransiskus dan memeluk hangat. “Terima kasih Bapa John, maaf juga kemarin saya tidak sempat menyapa anda.” Jawab Paus Fransiskus sambil tersenyum gembira. “Selamat datang saudaraku, kita bertemu kembali.” Paus Benediktus menyapa dari belakang. “Francis kau terlihat segar dan cerah. Kau telah menyelesaikan semua dengan luar biasa.” Sambil menjabat tangan, Paus Benediktus menepuk-nepuk bahu Paus Fransiskus. Setelah itu Paus Benediktus menjabat tangan Paus Yohanes.

“Selamat siang Ben…”

“Selamat siang juga Bapa John, sungguh suatu kesempatan yang membahagiakan kita bertiga bisa berkumpul bersama siang ini.” Sambut Paus Benediktus sambil sedikit membungkuk. “Bagaimana kalau kita  ngobrol dan mendengarkan cerita Ben sambil minum teh Bapa John?” 

“Ide yang bagus. Bagaimana Francis? Apakah kamu punya waktu luang dan mau berbagi cerita dengan kami siang
ini?” Tanya Bapa Yohanes sambil menghadap Paus Fransiskus.

“Dengan senang hati dan suatu kehormatan bagi saya.” Jawab Bapa Fransiskus sambil sedikit membungkuk.

“Mari kita duduk di sana.” Paus Yohanes mengajak kedua Paus sambil menunjuk ke arah meja dengan empat kursi di ruang makan itu. Posisi meja itu di pinggir jendela, sehingga sambil duduk di sana bisa menikmati pemandangan indah taman di sebelah ruang makan. Setelah mereka bertiga duduk, Paus Fransiskus menuangkan teh ke dalam tiga cangkir yang memang sudah tersedia dimeja itu.

“Terima kasih Francis.” Kata Paus Yohanes dan Paus Benediktus bergantian. “Francis ada satu hal yang menarik
hatiku dan ingin kutanyakan kepadamu. Semoga engkau berkenan menjawabnya.” 

“Silakan Bapa John.” Jawab Paus Fransiskus lembut.

“Saat engkau dino- batkan menjadi Paus, engkau tidak mau memakai sepatu yang biasanya menjadi sepatu para Paus, tapi lebih memilih memakai sepatu yang sehari- hari kamu pakai. Mengapa? Apakah aku boleh tahu?”  Tanya Paus Yohanes.

Sandal Kepausan biasanya terbuat dari bahan beludru merah atau sutra yang bertaburkan jalinan emas dengan tanda salib di tengahnya. Biasanya sandal ini digunakan untuk kegiatan di dalam ruangan. Warna merah sengaja dipilih untuk mewakili darah para martir Katolik yang ditumpahkan selama berabad-abad mengikuti jejak Kristus. Sementara sepatu luar ruangan yang biasanya digunakan  Paus terbuat dari kulit Maroko berwarna merah.

“Sebenarnya bukan sesuatu yang istimewa Bapa, saya hanya merasa nyaman saja dengan sepatu yang biasa saya pakai sehari-hari selama ini. Sepatu loafer bertali buatan tangan berwarna hitam buatan toko sepatu sederhana di Flores, Buenos Aires, tempat saya lahir. Sepatu ini kuat dan tahan dipakai bertahun-tahun, juga nyaman dipakai. Saya sudah terbiasa memakainya sejak usia 20 tahun. Dengan memakai sepatu ini, saya lebih nyaman untuk menjalankan tugas tugas saya Bapa.” Jawab Paus Fransiskus.

“Aku kagum dengan kesederhanaanmu Francis,” Paus Benediktus menimpali. “Tapi kurasa itu bukan hanya karena kamu nyaman dengan sepatu itu. Namun itu lebih pada pribadimu yang memang sederhana. Ini kan tercermin bukan hanya pada sepatu saja. Setelah jadi Paus pun, kamu lebih memilih untuk tinggal di Domus Sanctae Marthae, sebuah wisma tamu, dibandingkan tinggal di apartemen Kepausan di Istana Apostolik, kediaman resmi Paus.”

“Ha... ha… ha… ternyata aku meminta membangun wisma itu (13 Maret 2013) dulu untuk kamu Francis….” Sambung Paus Yohanes sambil tertawa renyah.

“Iya Bapa.” Jawab Paus Fransiskus sambil tersenyum lebar. “Iya Francis, engkau memaknai kesederhaan itu sebagai apa? Apakah pilihan untuk tidak hidup mewah? Pilihan untuk tidak menonjolkan diri? Atau pilihan untuk melepas privilege yang menempel pada diri seorang pemimpin?” lanjut Paus Benediktus.

“Hidup sederhana memang sebuah pilihan Bapa. Namun bagi saya kesederhanaan itu salah satunya adalah sebuah penghayatan akan kasih yang diajarkan oleh Kristus sendiri pada kita. Bagi saya pribadi, dan saya yakin para Bapa juga menghayatinya, Kasih itu pada hakikatnya adalah peduli. Tidak ada kasih ketika kita tidak punya sikap peduli. Dan kepedulian itu salah satu ungkapan yang paling nyata adalah mau berbela rasa dengan dunia dengan segala permasalahannya. Salah satu permasalahan terbesar dunia adalah kemiskinan dan ketidakberdayaan. Saya ingin menjadi bagian dari dunia dan diterima bukan karena jabatan saya, namun karena saya memang bagian dari dunia dan segala permasalahannya ini.” Jawab Paus Fransiskus.

“Kata-katamu ini mengingatkanku pada kalimat yang dihasilkan para Bapa konsili dulu bahwa “KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.”(GS art.1).” Paus Benediktus menimpali. “Gereja Kristus memang mempunyai panggilan untuk hadir di tengah-tengah dunia, membawa terang dan pengharapan bagi mereka yang putus asa dan suka cita bagi mereka yang berduka. Bukankah begitu Bapa John?”

“Benar katamu Ben, kita dulu sudah mengusahakan yang terbaik dalam pelayanan kita dengan Rahmat Allah dan bimbingan dari Roh Kudus, kita telah menyelesaikan apa yang menjadi bagian dari perutusan kita. Biarlah mereka yang sekarang masih berziarah di dunia, melanjutkannya. Kita disini hanya bisa menjadi pendoa bagi mereka semua dan…” Saat itu terdengarlah lonceng bergemuruh menandakan tengah hari. Ketiga Bapa Paus ini serentak berdiri.

“Oh sudah tengah hari. Mari kita berdoa bersama dan setelah itu kita lanjutkan dengan makan siang bersama.” Kata Paus Yohanes.

Sumber :
1. Gaudium Et Spes, KONSTITUSI PASTORAL TENTANG GEREJA DI DUNIA DEWASA INI, Dokumen Konsili Vatikan II, DEPARTEMEN DOKUMENTASI DAN PENERANGAN KONFERENSI WALIGEREJA NDONESIA, Jakarta,Juni1990

2.https://www.ntvnews.id/news/0144420/daftar-paus-gereja-katolik-roma-sepanjang-sejarah-dari-santo-petrus-hingga-paus-fransiskus

3. http s://www.bri tanni ca.com/biography/Benedict-XVI

4. https://en.wikipedia.org/wiki/Pope_John_Paul_II

5. https://id.wikipedia.org/wiki/Paus_Fransiskus

6. https://www.kompas.id/artikel/kisah-sepatu-hitam-paus-fransiskus

7.https://www.medcom.id/properti/news-properti/yNLBRz6k-domus-sanctae-marthae-rumah-tinggal-terakhir-paus-fransiskus

8. https://id.wikipedia.org/wiki/Argentina

Sri Pamungkas
Tim Kontributor Katekese

 


Post Terkait

Comments