Bukan Apa yang Masuk ke dalam Mulut yang Menajiskan Orang, Melainkan Apa yang Keluar dari Mulut, Itulah yang Menajiskan Orang - Bagian 1

1. PENGANTAR
Makna Matius 15:11. Pernyataan ini oleh Yesus menekankan bahwa kesucian atau kekotoran seseorang tidak ditentukan oleh makanan yang mereka konsumsi, tetapi oleh kata-kata dan tindakan yang berasal dari hati mereka. Dalam konteks ini, Yesus mengkritik tradisi dan hukum yang terlalu fokus pada aturan-aturan eksternal, seperti makanan yang dianggap najis, dan mengajak orang untuk memperhatikan kondisi hati dan pikiran mereka. Dengan kata lain, Yesus mengajarkan bahwa yang penting adalah apa yang ada di dalam diri kita, yaitu niat, pikiran, hati dan motivasi, yang akan tercermin dalam perkataan dan tindakan kita.

2. DEFINISI “NAJIS”
2-1 Pengertian umum
Kata "najis" berasal dari bahasa Arab "najasa" yang berarti "kotor" atau  "tidak suci". Dalam konteks agama, najis sering merujuk pada sesuatu yang dianggap tidak layak atau tidak bersih menurut hukum agama, yang dapat membuat seseorang tidak layak untuk beribadah atau mendekati hal-hal yang suci.

2-2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Arti kata najis adalah kotor yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

2-3 Menurut Ensiklopedia Katolik. Dalam Ensiklopedia Katolik, istilah "najis" biasanya merujuk pada keadaan yang tidak suci atau tercemar, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pelanggaran hukum moral atau ritual. Konsep najis dalam tradisi Katolik sering kali terkait dengan pemahaman tentang dosa dan bagaimana dosa dapat memisahkan kita dari Allah. Dalam konteks Matius 15:11, najis tidak hanya berkaitan dengan hal-hal fisik tetapi juga dengan kondisi moral dan spiritual seseorang.

3. GAYA BAHASA DAN JENIS SASTRANYA
Dari tinjauan gaya bahasa & sastranya, Matius 15:11 adalah sebuah pernyataan yang kaya makna, yang menggunakan teknik sastra untuk menyampaikan pesan yang mendalam tentang kesucian, hati, dan moralitas.

3-1 Gaya Bahasa
• Paralelisme: Ayat ini menggunakan struktur paralel yang mengulangi ide dengan cara yang berbeda. Ini adalah teknik umum dalam sastra Ibrani dan sering digunakan dalam pengajaran Yesus untuk menekankan poin penting. Dengan menyatakan dua hal yang berlawanan—apa yang masuk dan apa yang keluar— Yesus menekankan bahwa fokus seharusnya bukan pada makanan, tetapi pada kata-kata dan niat.
• Kontras: Ada kontras yang jelas antara "apa yang masuk" dan "apa yang keluar." Ini menciptakan ketegangan antara aspek fisik (makanan) dan spiritual (kata-kata dan tindakan), yang memperkuat pesan moral.

3-2 Tema
• Kesucian dan Najis: Tema utama dari ayat ini adalah tentang kesucian. Dalam konteks budaya Yahudi, banyak hukum yang berkaitan dengan makanan dan kebersihan ritual. Yesus mengubah fokus dari hukum eksternal ke kondisi internal hati manusia. Ini menunjukkan bahwa kesucian sejati berasal dari dalam, bukan dari kepatuhan pada ritual luar.

• Pentingnya Hati: Ayat ini menekankan pentingnya hati dan niat di balik tindakan. Dalam banyak ajaran Yesus, Dia mengajak  pengikut-Nya untuk melihat lebih dalam daripada sekadar tindakan fisik, tetapi juga untuk memahami motivasi dan pikiran yang mendasari tindakan tersebut.

3-3 Konteks Naratif
• Dialog dan Konfrontasi: Ayat ini muncul dalam konteks dialog antara Yesus dan para Imam & Farisi yang mempertanyakan praktik-Nya. Ini menunjukkan konfrontasi antara Yesus dan tradisi religius yang ada, dimana Yesus mengajukan pandangan yang lebih dalam dan lebih radikal tentang hukum dan kesucian.
• Pengajaran Moral: Matius 15:11 berfungsi sebagai pengajaran moral yang lebih luas, di mana Yesus mengajak orang untuk merenungkan apa yang benarbenar penting dalam hidup mereka. Ini adalah ajakan untuk introspeksi dan refleksi pribadi.

3-4 Relevansi Sastra
• Literatur Injil: Dalam konteks Injil, Matius 15:11 berfungsi untuk menunjukkan otoritas Yesus sebagai pengajar yang membawa pemahaman baru tentang hukum dan moralitas. Ini adalah bagian dari pengajaran yang lebih besar tentang kerajaan Allah dan bagaimana pengikut-Nya seharusnya hidup.
• Penggunaan Metafora: Meskipun ayat ini berbicara tentang makanan secara harfiah, ada penggunaan metaforis yang dalam di sini. Apa yang "masuk" dan "keluar" dari mulut dapat dilihat sebagai representasi dari apa yang kita konsumsi dalam hidup kita (baik secara fisik dan spiritual) dan bagaimana itu mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan dunia

4. PENDEKATAN
4-1 Pendekatan Biblis
Secara biblis, Matius 15:11 menekankan bahwa kesucian sejati berasal dari dalam hati dan bukan dari kepatuhan pada hukum-hukum eksternal.

4-1.1 Konteks Alkitabiah:
• Ayat ini muncul dalam konteks di mana Yesus sedang berhadapan dengan para Farisi yang mempertanyakan praktik-Nya dan ajaran-Nya. Para Farisi sangat memperhatikan hukum-hukum ritual dan kebersihan, termasuk makanan yang dianggap najis. Dengan pernyataan ini, Yesus menantang pemahaman tradisional mereka tentang kesucian.
• Dalam tradisi Yahudi, ada banyak peraturan tentang makanan dan kebersihan ritual. Yesus mengarahkan perhatian kepada hal yang lebih  mendasar: kondisi hati dan pikiran. Ini menunjukkan bahwa hukum yang lebih penting adalah hukum kasih dan integritas moral.
• Hati sebagai Sumber: Dalam Alkitab, hati sering kali dianggap sebagai sumber dari pikiran, keinginan, dan tindakan. Yesus mengajak kita untuk melihat lebih dalam dari sekadar aturan eksternal dan memperhatikan kondisi internal kita.
• Pentingnya Etika dan Moralitas: Yesus menekankan bahwa moralitas dan etika lebih penting daripada ritual atau tradisi.

4-1-2. Teologi Kesucian:
• Dalam teologi Kristen, kesucian tidak hanya dilihat dari tindakan luar tetapi juga dari kondisi hati. Yesus mengajarkan bahwa dosa dan najis berasal dari dalam diri manusia —dari pikiran, perasaan, dan niat— bukan dari apa yang mereka konsumsi secara fisik.
• Konsep ini juga terhubung dengan ajaran tentang pertobatan dan pembaruan hati. Dalam banyak bagian Alkitab, termasuk dalam kitab-kitab nabi, ada penekanan pada pentingnya hati yang bersih dan niat yang tulus di hadapan Tuhan.

4-2 Pendekatan Psikologis
Dari sudut pandang psikologis, ayat ini mengajak kita untuk memahami bahwa perilaku kita mencerminkan kondisi mental dan emosional kita. Secara psikologis, ayat ini menunjukkan bahwa kata-kata dan ekspresi kita dapat memiliki dampak yang signifikan pada diri kita sendiri dan orang lain. Apa yang kita ucapkan dapat menciptakan realitas emosional dan mental.

4-2-1 Kondisi Hati dan Pikiran:
• Dari sudut pandang psikologis, pernyataan Yesus dapat dilihat sebagai pengakuan bahwa perilaku seseorang sering kali mencerminkan kondisi internal mereka. Apa yang keluar dari mulut —kata-kata, ungkapan, dan tindakan— adalah manifestasi dari pikiran, perasaan, dan keyakinan yang ada di dalam diri seseorang.
• Ini sejalan dengan konsep psikologi modern yang menekankan pentingnya kesadaran diri dan refleksi. Individu yang memahami motivasi dan perasaan mereka cenderung lebih mampu berperilaku dengan cara yang positif dan konstruktif.

4-2-2 Pengaruh Lingkungan dan Internal:
• Pendekatan ini juga me nyentuh bagaimana lingkungan dan pengalaman hidup membentuk cara kita berpikir dan berperilaku. Meskipun ada banyak faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kita, Yesus mengingatkan bahwa pada akhirnya, pilihan dan reaksi kita berasal dari dalam diri kita sendiri.
• Ini dapat mengarah pada pemahaman bahwa untuk mengubah perilaku atau cara berbicara, kita perlu melakukan introspeksi dan mengatasi masalah yang ada di dalam hati kita. Ini adalah proses yang sering kali melibatkan pengakuan akan kekurangan dan keinginan untuk berubah.

5. ASAL MULA MUNCULNYA MAT 15:11
Matius 15:11 disampaikan oleh Yesus sebagai respons terhadap kritik dari para Farisi mengenai praktik ritual. Dia ingin menekankan bahwa kesucian sejati berasal dari dalam hati dan bukan dari kepatuhan pada tradisi luar. Ini adalah bagian dari misi-Nya untuk membawa pemahaman yang lebih dalam tentang kerajaan Allah dan bagaimana seharusnya hidup dalam hubungan dengan-Nya

5-1. Konfrontasi dengan Para Farisi
• Ayat ini muncul dalam konteks di mana Yesus berhadapan dengan para Farisi dan ahli Taurat. Mereka mengkritik murid-murid Yesus karena tidak mencuci tangan sebelum makan, yang merupakan praktik ritual yang sangat dihormati dalam tradisi Yahudi. Para Farisi menganggap bahwa pelanggaran terhadap tradisi ini dapat membuat seseorang "najis" secara spiritual.
• Dengan menjawab kritik ini, Yesus menantang pemahaman mereka tentang kesucian dan hukumDia menunjukkan bahwa fokus pada ritual luar tidak cukup jika hati dan niat seseorang tidak bersih.

5-2. Penekanan pada Hati dan Niat
• Yesus ingin menekankan bahwa kesucian sejati tidak hanya ditentukan oleh tindakan luar, tetapi juga oleh kondisi hati dan motivasi di balik tindakan tersebut. Dalam banyak ajaran-Nya, Yesus mengajak orang untuk melihat lebih dalam, ke dalam diri mereka sendiri, dan memahami bahwa pikiran dan perasaan mereka memiliki dampak yang lebih besar daripada sekadar tindakan fisik.
• Ini mencerminkan tema yang lebih luas dalam ajaran Yesus tentang pentingnya kasih, kejujuran, dan integritas.

5-3. Reformasi Pemahaman Agama
• Yesus datang untuk membawa pemahaman baru tentang hu bungan dengan Allah. Dia mengajak orang untuk memahami bahwa hubungan ini tidak hanya berdasarkan pada kepatuhan pada hukum dan tradisi, tetapi juga pada hubungan yang tulus dan pribadi dengan Tuhan.
• Dengan mengajarkan bahwa yang menajiskan adalah apa yang keluar dari mulut, Yesus mengarahkan perhatian kepada kata-kata dan tindakan yang berasal dari hati, yang mencerminkan karakter sejati seseorang.

5- 4. Konteks Sosial dan Budaya
• Pada zaman Yesus, masyarakat Yahudi sangat terikat pada tradisi dan hukum yang berkaitan dengan kebersihan ritual. Ada banyak peraturan yang ditetapkan dalam Taurat yang mengatur kehidupan sehari-hari, termasuk makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan.
• Dalam konteks ini, Yesus berusaha untuk membebaskan orang dari beban hukum yang berat dan mengajak mereka untuk memahami inti dari ajaran Allahyaitu kasih dan kebaikan.

 

(Bersambung)

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments