Kemuliaan Allah

Doksologi/madah kemuliaan dalam Liturgi Ekaristi adalah bagian inti perayaan. Madah ini berakar dari perintah pertama 10 perintah Allah: Jangan meyembah/memuja berhala. Manusia adalah pribadi. Ia mempunyai pri/jiwa dan badi/raga. Ia menyembah Allah pakai badi/badannya. Ia memuja Allah tentu pakai pri/jiwa yang diungkapkan lewat kata-kata. Perintah kedua dari 10 perintah Allah semakin memperjelas pemujaan Nama Allah itu: Jangan menyebut nama Allah Tuhanmu tidak dengan hormat. Jadi apa yang umat Allah selayaknya lakukan ialah memuliakan keberadaan Roh dan Nama Allah di dalam pribadi Yesus Kristus lewat doa-doanya. Inilah ucapan syukur yang pertama dan utama seperti tertera dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus Kristus:Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu.

Urutan pemuliaan Allah oleh umat Allah dalam Ekaristi dimulai dari bagian Kemuliaan: kemuliaan kepada Allah di surga dan damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya. Umat Allah, bagaikan para gembala di padang, dikunjungi dan disapa lagi oleh para malaikat akan kelahiran Yesus Kristus hari ini dan di sini. Firman Allah berinkarnasi lagi dalam Ekaristi. Selanjutnya proses partisipasi umat Allah dalam kemuliaan dihantar oleh imam pemimpin Ekaristi. Pada bagian awal Doa Syukur Agung, imam mengajak umat untuk mengarahkan (mengangkat) hati dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas berkat karunia kehidupan. Dan umat menjawab: sudah kami arahkan dan sudah layak dan sepantasnya.

Hasil dari pemuliaan Allah ialah kekudusan umat Allah. `Surga dan bumi menyatu dalam kekudusan. Hal ini terjadi dalam tindakan dan doa imam saat konsakrasi/pengudusan bersama. Allah Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus menguduskan umat Allah dan Roti serta Anggur menjadi Tubuh/Pribadi Yesus Kristus.

Hati umat Allah yang diangkat/diarahkan ke surga untuk memandang kekudusan Allah di bumi dalam diri seorang bayi yang baru dilahirkan oleh imam di atas altar, membuat wajah semua umat Allah ceriah berseri. Tak ada satu kakek nenek pun di muka bumi, yang wajahnya sudah keriput, memandang dengan wajah cemberut seorang bayi yang matanya tak berkedip. Perjumpaan dengan seorang bayi adalah suatu kegembiraan besar bagi mereka karena mereka bisa bercengkerama dengan bayi secara lepas total. Perasaan sesak nafas lenyap. Darah dan udara dalam diri mereka mengalir lancar. Segala beban kehidupan menuju kematian serasa hilang seketika. Apalagi pertemuan ini adalah pertemuan dengan bayi yang sekaligus Allah. Betapa lebih bergembiranya mereka. Hidup semakin bergairah karena bagi Allah tidak ada kematian. Nenek kakek seperti lahir kembali.

Hanya perlu diingat bahwa umat Allah tidak hanya dipanggil untuk bersatu dengan Allah Tritunggal bersama seluruh penghuni surga dalam kemuliaan wajah bayi-bayi saat ibadah di dalam ruang bangunan gereja. Panggilan itu sekaligus adalah perutusan di dunia, ruang di luar gereja. Inilah tantangan yang lebih mendalam dan berat bagi umat Allah untuk mencari wajah kemuliaan Allah dalam wajah orangorang dewasa yang rusak karena  dosa. Wajah-wajah kemuliaan itu hanya bisa ditemukan kalau orang menghirup udara pembebasan kematian dari pengurbanan Yesus Kristus yang barusan lahir di atas altar segera menjadi dewasa memecah-mecahkan diri-Nya demi penebusan dosa umat manusia.

Kakek nenek yang sudah seumur hidup menjadi orang kristen/katolik seharusnya tidak membuat dikotomi antara berdoa di dalam gereja dan berbuat baik di luar ruang gereja. Doa dan perbuatan baik memang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Mengapa? Karena kesucian/kekudusan dan kebaikan pada dasarnya berasal dari dan menuju Allah juga. Berbuat baik kepada seorang penjahat sekelas berat apapun, pada dasarnya adalah perbuatan baik kepada Allah. Allah dalam seluruh kepenuhan kemuliaanNya tetap berdiam dalam seluruh diri penjahat itu mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kuku jari kakinya. Allah dan pendosa memang bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk menghindari memandang kemuliaan wajah Allah dalam diri mereka. Menghindari memandang wajah penjahat sama dengan memilih dengan bebas untuk memandang wajah kegelapan maut. Itu sama dengan orang menyembah dan memuja berhala. Awalan ber artinya memiliki. Berhala artinya orang memiliki allah. Kalau awalan ber diletakkan dari belakang kata allah dan dibaca dari kanan ke kiri atau dari belakang ke depan, maka jadilah kata allahreb. Umat Allah menghindari memandang satu wajah kemuliaan Allah yang hadir di semua wajah manusia dengan tertarik memandang semua wajah kegelapan allah di dalam diri satu manusia. Orang membalik SATU REALITAS SEBENARNYA MENJADI SEMUA REALITAS SEMU.

Penulis : Barnabas Ratuwalu - Tim Kontributor Kolom Katakese

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments