Roh Kebenaran Akan Bersaksi tentang Aku

Perjalanan selama 7 minggu menjalani masa Paskah dan Novena Roh Kudus, pada hari ini kita menyambut Turunnya Roh Kudus Para Rasul, disebut dengan Pentakosta.

Peristiwa 50 hari ini tidak jauh berbeda dari peristiwa besar dalam tradisi Yahudi, Hari Raya Shavout, perayaan tujuh minggu. Hari raya ini untuk memperingati Hari Allah memberikan Taurat kepada Musa dan Bangsa Israel di Gunung Sinai. Taurat memerintahkan tujuh minggu perhitungan Omer, dimulai pada hari kedua Paskah dan kemudian dilanjutkan dengan Savout. Sementara untuk Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan seuai dengan yang dijanjikan Yesus setelah kenaikan-Nya kepada para murid-Nya.  Perayaan Shavout inilah yang menyebabkan orang Yahudi dari segala bangsa berkumpul di Yerusalem (Kis. 2:5). Peristiwa ini yang kemudian diperbarui dalam Perjanjian Baru melalui Pentakosta.

Bruder, Suster, Ibu, Bapak, dan saudara terkasih. Peristiwa Pentakosta memiliki makna yang kaya dalam tradisi kristiani karena melalui momen ini kita mendapatkan apa yang dijanjikan Yesus saat meninggalkan para murid-Nya. Yesus naik ke Surga, menimbulkan keraguan dan membingungkan para murid-Nya karena mereka belum tahu melangkah kemana dan berbuat apa setelah Yesus pergi. Sebelum Yesus pergi sudah menjanjikan kepada para murid-Nya bahwa Roh penghibur akan turun atas mereka, para murid belum mengerti Roh ini akan seperti apa dan kapan datangnya.

Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk. Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap kepada mereka masing-masing (Kis. 2:2-3). Peristiwa tiba-tiba yang dimaksudkan para Murid tengah berkumpul bersama dan tidak mengerti waktu Roh itu  akan datang. Mereka berkumpul layaknya tradisi Yahudi saat itu yang berkumpul merayakan Shavout. Turunnya lidah-lidah api itu tidak membakar mereka melainkan hinggap menandakan bagaimana Roh menyertai mereka. Roh yang mengingatkan kita kisah penciptaan; Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2).

Saat Roh menaungi para murid kemudian memberi dampak yaitu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (Kis. 2:4). Mengingat saat itu banyak orang Yahudi dari berbagai bangsa yang berkumpul di Yerusalem maka peristiwa ini menarik perhatian mereka sehingga banyak orang dapat mendengar para murid dapat berbicara dalam bahasa mereka masingmasing (bdk Kis. 2:5-6). Bisa dikatakan peristiwa Pentakosta bukan sebagai peristiwa yang menakutkan tetapi menggemparkan para Murid namun berbuah manis untuk mereka kemudian mendapat kesempatan mewartakan keselamatan. Penandaan lidah api yang menaungi mereka mengartikan bagaimana terang itu ada pada mereka dan memberi keberanian untuk berkata-kata sebagaimana Roh itu menuntun mereka.

Bagaimana kemudian untuk Pentakosta ini juga berdampak dalam kehidupan kita sekarang? Bagi mereka yang baru menerima baptisan saat paskah, maka Pentakosta menjadi momen perutusan setelah mereka sudah menjalani pendampingan setelah menerima baptisan. Para baptisan ini setelah menerima kepenuhan sebagai anggota Gereja juga mendapat perutusan untuk mewartakan layaknya para murid. Hal yang sama juga berlaku pada umat pada umumnya yaitu Pentakosta sebagai penyemangat iman yang memberanikan mereka untuk mewartakan keselamatan. Selama tujuh minggu untuk mendalami arti kebangkitan, sekarang saatnya untuk diutus mewartakan kebangkitan itu.

Keberanian untuk mewartakan ini dapat diwujudkan dengan berbagai cara dan sebagai ROh itu memberikan kepada mereka berbicara dalam bahasa bahasa lain. Seorang ibu rumah tangga tetap menampilkan kasih yang lemah lembut dalam mendampingi suami dan anaknya. Seorang anak belajar sungguh-sungguh dengan tulus dan jujur untuk tes akademiknya. Seorang suami bekerja keras dan cerdas untuk menghidupi keluarganya. Bila demikian rasanya belum  cukup karena tindakan-tindakan tersebut mencakup bagian yang merupakan kewajiban umum dalam hidup keluarga.

Momen Pentakosta sebagai momen istimewa, maka selama 9 hari yang kita jalani selama ini merupakan rangkaian doa berturut-turut merindukan akan datangnya Roh. Saat misa kita mendengar madah Veni Sancti Spritus yang berarti Ya Roh Kudus Datanglah. Beginilah liriknya:

Sinarkanlah pancaran cahaya-Mu
Kau penghibur ulungku
Kau sahabat jiwaku
Penyejukku yang lembut
O Cahaya yang cerah,
datang dan penuhilah
hati kaum beriman yang cemar bersihkanlah
yang gersang siramilah
yang terluka pulihkanlah
Limpahilah umat 
yang percaya pada-Mu
Sapta karunia-Mu

 Madah ini dinyanyikan dengan kidmah untuk menggambarkan kerinduan akan Roh dengan suasana kidmah dan ditempatkan sebelum bait pengantar Injil. Dengan menilik dari lirik ini, kita diajak memahami bahwa Roh yang turun atas para murid merupakan bagian dari perkataan Yesus sendiri sebagaimana dalam amanat perpisahan-Nya; “Jikalau penghibur yang akan kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari bapa. ia akan bersaksi tentang aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi karena kamu semula bersama-sama dengan Aku (Yoh. 15:26-27).

Bruder, Suster, Ibu, Bapak, dan saudara terkasih. Momen akan Roh Kebenaran yang diamanatkan Tuhan telah diterimakan oleh kita melalui peringatan Pentakosta ini. Roh tersebut yang akan membuat kita untuk lebih jelas dalam melihat perkara hidup yang saat ini kita sedang jalani dan berani untuk mengatasinya bukan hanya untuk diri kita yang sedang mengalaminya melainkan juga bagi orang lain. Orang bisa memberi pernyataan baik itu mendukung atau menurunkan semangat tetapi melalui Roh Kebenaran inilah yang membuktikan bahwa iman yang menyelamatkan. Dalam madah dikatakan demikian yaitu ada pembersihan, pemulihan, dan penguatan bagi orang yang percaya.

Penulis : Rm. Camellus Delelis Da Cunha, Pr

Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa


Post Terkait

Comments