Pernahkah kita bertanya-tanya sebagai orang kristiani, mengapa hukum paling utama yang diajarkan oleh Kristus adalah hukum kasih? Mengapa kita harus mengasihi Allah kita lebih dari sesuatu dan mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri? Mengapa tidak cukup hanya mengasihi diri sendiri? Banyak jawaban teologis yang bisa menjelaskan ini semua, tetapi untuk diri kita sendiri, bagaimana menanggapinya?
Dalam refleksi saya, bukan tanpa alasan Kristus mengajarkan hukum kasih sebagai yang terutama. Pertama, kasih atau cinta, pada dasarnya sudah ada dan ditanamkan dalam diri setiap manusia. Manusia adalah makhluk yang penuh cinta, ia bisa mencinta dan senang untuk dicinta. Oleh karena itu, Yesus ingin kita untuk bisa mengasihi sesama kita seperti kita mencintai diri kita sendiri. Cinta yang diberikan kepada orang lain, pada akhirnya akan berbalik pada kita yang juga akan dicintai.
Kedua, perintah ini ingin mengingatkan kita bahwa Kristus yang pertama-tama mengasihi kita. Untuk itu apakah salah jika Tuhan meminta kita untuk mengasihi Dia lebih dari segala sesuatu? Tentu ini bukan hal yang muluk, karena kasih cinta yang diberikan Yesus pada kita sebenarnya memampukan kita untuk bisa mengasihi Dia juga. Cinta-Nya begitu besar kepada kita yang tampak melalui salib yang menjadi lambang kemenangan. Ia rela menderita bahkan wafat demi manusia yang seringkali lupa betapa besarnya cinta Tuhan kepada kita.
Saudara-saudari, perintah ini bukanlah perintah sambil lalu yang dapat dihayati sekenanya saja. Akan tetapi, perintah kasih ini perlu benar-benar kita hayati sebagai jalan hidup orang kristiani. Perintah kasih ini bukanlah hal yang mudah jika benar-benar dilakukan, karena perlu hati yang setia dan rendah hati untuk bisa melaksanakan tugas ini. Sudahkah kita mengusahakannya? Tuhan memberkati.
Penulis : Fr. Marcellino Mario Amput
Gambar : Dokumentasi pribadi Warta Teresa